Ali imran dan keteguhan pada prinsip

"kami ingin agar umat mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada kami sendiri. Sungguh, jiwa-jiwa kami ini senang gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika memang tebusan itu diperlukan. Atau melayang untuk membayar kejayaan, kemuliaan, agama dan cita-cita mereka, jika memang mencukupi.

Tiada yang membawa kami pada sikap seperti ini kepada mereka, kecuali karena kasih sayang yang telah mencengkeram hati kami, menguasai perasaan kami, menghilangkan kantuk kami, dan mengalirkan air mata kami. Sungguh, kami benar-benar sedih melihat apa yang menimpa umat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan, ridha pada kerendahan, pasrah pada keputusasaan".
.
Kalimat diatas disampaikan oleh hasan al banna rahimahullah dalam tulisan pembukanya di majmuatur rasail. Kalimat yang menggambarkan tsabatnya pada perjuangan yang dilakukan.
.
Jika pada tulisan sebelumnya (Al Baqarah), kini sampailah kita pada surat Ali imran. Surat ini memiliki hubungan kuat dengan surat sebelumnya. Setelah pemberitahuan, peringatan dan pelajaran kepada kaum muslimin mengenai tanggung jawab atas bumi yang mereka diami, serta pemaparan tentang panduan dalam memakmurkan bumi, Surat Ali imran ini menegaskan keharusan untuk tsabat (berpegang teguh) pada Nilai-nilai yang telah digariskan oleh Al Quran dan hadits nabi.
.
Manusia biasanya menyimpang dan tergelincir karena pemikiran yang mengguncang akidah mereka, atau karena hanyut dalam kesibukan hidup sehingga tekad mereka melemah. Surat Ali imran ini memberikan panduan pada kita untuk tsabat (berpegang teguh) pada dua hal.
.
Pertama, teguh dalam hal pemikiran (internal)
Awal-awal surat Ali imran ini banyak menjelaskan berbagai bentuk tsabat :
- ayat ke 13 mengisahkan tentang tsabatnya kaum muslimin dalam perang badar
- ayat ke 52 menjelaskan tentang kaum hawarriyun, ketika mereka tsabat dalam menolong agama Allah dan tidak berlaku kufur kepada Allah
- ayat 81, membicarakan tentang umat terdahulu. Allah mengingatkan pada kita tentang janji pada nabi dan keteguhan mereka dalam membela al islam
- ayat 102, reminder bagi kita untuk senantiasa bertakwa dan berlaku tsabat dalam beragama sampai mati

Dengan demikian, tsabat pada kebenaran merupakan hal yang sangat penting karena kendala yang menghalanginya amat banyak. Surat ini juga menjelaskan 5 faktor penting yang dapat membantu kita untuk tetap teguh pada kebenaran dan bersama orang-orang yang menjuangkan kebenaran, yakni :

a. Berlindung kepada Allah. Sebab keteguhan itu berasal dari Allah. Allah Maha Kuasa menjadikan kita tetap teguh diatas manhaj-Nya yang lurus. Karenanya, surat ini juga banyak memberikan anjuran untuk berdoa (ayat 8, 9, 26, 35, 38, 147, 193-195)

b. Ibadah
Ibadah yang kokoh adalah faktor kedua yang akan membantu kita untuk bisa tsabat.

c. Dakwah di jalan Allah
Terkedang, seseorang merasa puas dengan keislamannya meskipun belum menjadi identitas diri dan loyalitasnya. Untuk menyempurnakan loyalitas terhadap agamanya, ada kecenderungan sering membicarakannya. Dengan sering membicarakannya, loyalitas terhadap islam akan menguat dan komitmen terhadapnya semakin kokoh. Ketika seorang da'i membimbing orang lain, maka ia akan menjadi orang pertama yang berpegang teguh pada apa yang diajarkannya. Surat ini memuat bangan ayat yang mendorong mukmin untuk berdakwah di jalan Allah

d. Kejelasan tujuan
Kejelasan tujuan dalam hidup ini akan membuat kita tsabat dalam menapaki jalan kebenaran.

e. Ukhuwah
Ukhuwah merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada kaum muslimin. Dan karenanya ini akan mengeratkan kekuatan dan saling mengingatkan untuk tsabat meniti jalan kebenaran.
.
Tsabat (keteguhan) yang kedua adalah keteguhan dalam amal
Pada ayat yang panjang di pertengahan hingga menjelang akhir surat ini, dikisahkan sebuah peristiwa sekaligus pelajaran bagi kita tentang tsabat, yakni perang uhud.

Kaum muslimin saat itu meninggalkan medan perang dalam keadaan pecahnya barisan kaum muslimin, tidak mentaati perintah rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam hingga rasulullah terluka dalam medan pertempuran tersebut.

Diriwayatkan oleh imam Ahmad dan imam muslim dari anas bin malik, bahwasanya nabi shalallahu 'alaihi wasallam pada saat perang uhud beliau terkena serangan hingga gigi beliau patah, dan juga wajahnya terluka hingga darah mengalir di wajahnya, kemudian beliau bersabda, "Bagaimana suatu kaum akan meraih kemenangan jika mereka memperlakukan Nabi mereka seperti ini sedangkan Nabi mereka mengajak mereka kepada jalan Allah. Maka turunlah surat ali imrat ayat 128". (Shahih Muslim no 1791)

Ayat-ayat pada kisah perang uhud di surat ini mengingatkan bahwa sesungguhnya kemenangan itu berasalah dari Allah. Diingatkan pula tentang karunia yang diberikan Allah pada perang badar. Selain itu juga terdapat perintah untuk bertaubat dan kembali kepada Allah

Allah juga hendak mengingatkan kepada kita tentang sikap orang-orang terdahulu yang memiliki keteguhan, sekaligus pelajaran saat kaum muslimin lari berhamburan melarikan diri tanpa memperdulikan rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, meskipun beliau tetap teguh di medan peperangan seraya memanggil dan mengingatkan mereka tentang akhirat. Hal ini termaktub dalam ayat 146 nya :
"Dab betapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu serta tidak pula menyerah kepada musuh. Allah menyukai orang-orang yang sabar".
.
Sebab-sebab kekalahan dan hilangnya tsabat (keteguhan) memberi pelajaran kepada kita untuk mengambil faedah dari kesalahan yang terjadi. Faktor-faktor yang menyebabkan kekalahan diantaranya adalah :
a. perselisihan, perpecahan dan tidak adanya ketaatan
Surat Ali imran ini secara serius memperingatkan kepada kita tentang agar tidak jatuh pada perselisihan, baik secara pemikiran maupun amal. Sebab perpecahan adalah faktor penting yang dapat melemahkan keteguhan dan perjuangan, serta mengguncangkan barisan internal kaum muslimin.

b. Dosa dan kemaksiatan
Pola itu selalu demikian. Jika kita membaca dan membentangkan sejarah peradaban kita, akan didapati bahwa saat kekalahan dan kejatuhan itu terjadi sebab utamanya adalah karena dosa dan kemaksiatan yang dilakukan. Baik oleh individu, sekelompok masyarakat, ataupun para pimpinannya.

c. Bergantung kepada orang (figur)
Jika manusia lebih menggantungkan dirinya kepada gugur daripada fikrah,  maka sikap tsabat dan komitmen akan lemah dengan sendirinya. Ketika tersiar isu bahwa nabi shalallahu 'alaihi wasallam terbunuh, sebagian sahabat meletakkan senjatanya. Turunlah ayat 144 dari ali imran. Allah menurunkan ayat tersebut untuk memberikan teguran kepada mereka.

"Muhammad itu tidak lain hanya seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Apakah jika ia wafat atau dibunuh kamu berbalik kebelakanh (murtad)?  Barangsiapa yang berbalik kebelakang, maka ia tidak dapat mendatangkan madharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur" (QS Ali imran 144).
.
Terakhir, setelah berpanjang lebar membaca tulisan diatas, barangkali muncul pertanyaan. "Apakah korelasi (hubungan) antara tsabat dengan nama surat ini (Ali imran)?"

Sesungguhnya Allah telah memilih dua figur dalam tsabat di surat ini, yaitu istrinya imran dan Maryam binti imran. Meskipun nama surat ini ali imran (keluarga imran), surat ini tidak menyebutkan tentang imran.

Sayyidah maryam adalah wanita yang teguh dalam menaati Allah, beribadah kepada-Nya, menjaga kehormatan dirinya (iffah). Sebab hak paling berbahaya yang dapat merusak individu dan meruntuhkan bangunan masyarakat adalah hilangnya keteguhan dalam ketaatan dan menjaga kehormatan (iffah). Sayyidah Maryam adalah simbol keteguhan pada kedua hal tersebut.

Adapun istri imran mempunyai obsesi besar terhadap janin di rahimnya yang akan dijadikan sebagai penolong agama Allah. Sebagai mana dijelaskan dalam ayat 35.

مُحَرَّرًا pada ayat tersebut bermakna orang yang tulus mengabdikan diri kepada Allah. Istri imran bercita-cita agar anaknya kelak dapat membebaskan masjidil Aqsha dari kekuasaan romawi yang sewenang-wenang. Oleh karenanya, istri imran adalah lambang keteguhan pada fikrah, meskipun setelah mengetahui anak yang dilahirkannya adalah wanita.

Simbol keteguhan dalam surat Ali imran ini adalah wanita, dan setelah surat Ali imran adalah surat An-nisaa' (wanita). Ini merupakan bukti paling jelas tentang pemuliaan dan penghargaan islam terhadap wanita.

Seakan tersirat pesan pula, wahai para akhawat, teguhlah pada kebenaran baik secara pemikiran (fikrah) maupun tindakan (amal). Belajarlah dari dua wanita yang disebutkan dalam surat ini. Wahai para ikhwan, teguh pula lah dalam kebenaran dalam kedua hal diatas. Belajar pula lah kepada imran, lelaki yang sukses dalam mendidik istri dan anaknya sehingga menjadi figur dalam tsabat di jalan Allah pada surat Ali imran ini, sekalipun dirinya (imran) tak disebutkan dalam kisah ini. Tapi kesuksesan mendidik cukuplah menjadi pelajaran bagi kita bahwa dibalik kebesaran istri dan anaknya terhadap komitmen agama, disana terdapat sentuhan seorang lelaki, pemimpin di keluarganya yang juga tsabat kepada Allah.

Juga sebuah pesan besar kepada setiap akhawat yang mengharapkan dari rahimnya menghendaki keturunan yang akan menjadi bagian dari bebasnya masjidil aqsha hari ini, belajarlah dari istri imran. Belajarlah dari tsabatnya terhadap cita-cita dan kebenaran!
.
Ya Allah, bimbinglah kami

Referensi :
Majmuatur rasail hasan al banna jilid 1
Khawatir Qur'aniyyah - Amru Khalid
Asbabun nuzul - imam as suyuthi

IG : @irawan_shobirin

Project 30 hari menulis digagas oleh komunitas bergerak positif (IG : @bergerakpositif)

#project30HariMenulis #bergerakpositif #2Ramadhan


Comments