Akhlaq kita

Sesekali, kekhawatiran itu manusiawi. Ya, sesekali. Seperti Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam di waktu perang Badar. Saat beliau melihat betapa kokohnya barisan musuh dan betapa rapuhnya kaum muslimin yang hanya sepertiga dari mereka jumlahnya. Lalu terkenanglah doa yang menyejarah :
"Ya Allah, jika golongan ini Engkau biarkan binasa. Engkau tak akan disembah lagi di muka bumi. Ya Allah, kecuali jika Engkau menghendaki untuk tidak disembah lagi selamanya setelah hari ini".
.
Inilah agungnya seorang muslim. Resah dan khawatirnya dihubungkan ke langit, tidak direbahkan ke bumi. Allah, menjadi sandaran yang indah. Terbentuklah karakter seorang mukmin. Kokoh, tidak terhanyut. Mengarus, bukan mengalir. Menyelam, bukan tenggelam. Terbang, bukan melayang. Mereka mencukupkan akhir malam sebagai tempat aduan, sehingga yang didapati oleh saudara-saudaranya dikala pagi hanyalah senyum yang indah, wajah yang teduh sekaligus teguh.
.
Seperti ini pula kalimat nabi ya'qub 'alaihissalam ketika kehilangan anak yang amat disayanginya :
"Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku".
.
.
Referensi :
QS Yusuf : 85
Ar rahiiqul makhtum - syaikh shafiyurrahman al mubarakfuri
Menggali ke puncak hati - salim a fillah
.
IG : @irawan_shobirin
Project 30 hari menulis digagas oleh komunitas bergerak positif (IG : @bergerakpositif)
#project30HariMenulis #bergerakpositif #4Ramadhan


Comments